Harga minyak jatuh ke level terendah sejak Desember 2018 pada akhir perdagangan senin atau selasa pagi WIB. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman di bulan April turun 1,20 AS dolar atau 2,2 persen menjadi 53,27 US dolar per barel. Harga tersebut merupakan level penutupan terendah sejak 28 Desember 2018, sementara itu minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Bulan Maret turun 0,75 dolas AS atau 1,5 persen menjadi 49,57 US dolar per barel.
Minyak telah turun lebih dari 25 persen sejak Januari, pelemahan tersebut membuat minyak mentah AS (WTI) kembali di bawah 50 US dolar per barel. Penurunan terjadi setelah wabah virus corona menyebar di China dan beberapa negara. Untuk China sendiri wabah virus ini telah memukul permintaan dari importir minyak terbesar di dunia tersebut.
Pasalnya sebagian besar pabrik penyulingan di China harus mengurangi operasi mereka akibat wabah virus tersebut. Penurunan permintaan tersebut memicu rasa khawatir pasar atas peningkatan pasokan global sehingga membuat harga minyak tertekan. Pasar minyak terus mengalami tekanan akibat wabah virus corona yang telah membuat sektor transportasi manufaktur China macet.
Ketidakpastian datang dari pihak Rusia yang sangat terbebani dengan harga minyak, seperti yang kita ketahui bahwa Rusia merupakan anggota OPEC+ yang terdiri dari organisasi negara pengekspor minya dan sekutunya. Sebelum OPEC+ memberikan sinyal pemotongan produksi minyak 600 ribu barel per hari. Ini bertujuan mengurangi terjunnya harga minyak akibat kurangnya permintaan di tengah penyebaran wabah virus corona.
Organisasi itu telah mengurangi produksi hingga 1,2 juta bph sejak Januari 2019. Tujuannya untuk mengantisipasi kelebihan pasokan global dan menopang harga minyak mentah. Menteri perminyakan Aljazair Mohamed Arkab mengatakan komite telah menyarankan pengurangan produksi dilanjutkan sampai akhir kuartal kedua. Namun menteri energi Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow membutuhkan lebih banyak waktu untuk menilai situasi.
Virus Corona Seret Minyak RI Ke 65,38 US$
Kementrian ESDM mencatat rata-rata harga minyak mentah Indonesia pada bulan Januari 2020 sebesar 65,38 US dolar per barel atau turun 2,7 persen dibandingkan Desember 2019. Rasa khawatir pelaku pasar mengenai penyebaran virus corona dapat berdampak negatif terhadap permintaan minyak mentah China yang merupakan negara dengan Ekonomi terbesar di dunia. Menyebabkan penurunan harga minyak mentah di pasar internasional selama bulan Januari 2020.
Tim harga minyak Indonesia menyatakan China merupakan negara dengan konsumsi minyak sebesar 9 juta barel per hari pada tahun 2019 atau setara 90 persen produksi minyak mentah Arab Saudi. Penyebaran virus ini berdampak pada berbagai aspek antara lain penurunan profit pariwisata, penurunan indeks pasar saham dan penurunan demand produk jet fuel karena dibatalkannya sejumlah penerbangan dari dan tujuan China.
Ada faktor lain yang menyebabkan penurunan harga minyak dunia adalah kesepakatan antar dagang tahap 1 antara AS dan China dinilai para pelaku pasar tidak akan mendongkrak permintaan minyak mentah serta pertumbuhan ekonomi. Sebab pemerintah AS berniat untuk tetap mengenakan tarif atas barang produksi dari China hingga tercapai kesepakatan dagang tahap 2. Selain itu penurunan juga disebabkan oleh sentimen pasar minyak yang menilai tidak terdapat ancaman atas pasokan minyak mentah seiring melemahnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Pasokan minyak mentah global dari Shale oil AS terus meningkat dengan produksi mencapai rekor 13 juta barel per hari serta di dukung dengan peningkatan kapasitas ekspor AS terutama di Corpus Christi dan peningkatan jumlah oil rig. Rusia mencapai rekor tertinggi dalam 5 bulan terakhir dengan dalih kendala teknis setelah terjadinya krisis kontaminasi minyak di Druzhba termasuk juga kesepakatan pemotongan produksi OPEC+ hanya untuk minyak mentah dan tidak berlaku untuk kondensat.
Penurunan harga minyak mentah juga disebabkan oleh laporan OPEC mengenai peningkatan suplai minyak mentah dari negara non OPEC mencapai 2,34 juta barel per hari. Pada kawasan Asia Pasifik penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi China yang diperkirakan merosot sebesar 1 persen dibandingkan 2019. Tidak hanya itu tekanan harga juga berasal dari periode perawatan kilang Marifu Jepang yang berkapasitas 200 mbopd.